HUBUNGAN KEJADIAN AMBLIOPIA DENGAN JENIS GANGGUAN REFRAKSI PADA PASIEN ANAK DI PEDIATRIC EYE CENTER RS UNIVERSITAS HASANUDDIN PERIODE 2017

Latar Belakang: Gangguan refraksi yang tidak terkoreksi dan katarak yang tidak dioperasi adalah dua penyebab tertinggi gangguan penglihatan. Sekitar 19 juta anak mengalami gangguan penglihatan dan 12 juta di antaranya adalah akibat
gangguan refraksi. Ambliopia adalah penyebab tersering gangguan penglihatan
pada anak dan merupakan suatu kondisi ketika ketajaman penglihatan terkoreksi terbaik tidak mencapai 20/20 atau 6/6, pada satu atau kedua mata tanpa ditemukan kelainan struktur pada mata. Hampir seluruh ambliopia dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat, namun jika dibiarkan dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang berat, seperti kebutaan.
Metode Penelitian: Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik observasional. Observasi pada status rekam medik pasien ambliopia. Penelitian dilakukan pada pasien anak dengan gangguan refraksi di RS Universitas
Hasanuddin pada tahun 2017 yang kemudian dianalisis dengan uji chi-square SPSS v.23. Hasil Penelitian: Persentase ambliopia refraktif yang didapatkan adalah sebanyak 84 kasus dengan 2/54 (3.7%) pasien miopia mengalami ambliopia refraktif, pada hipermetropia didapatkan 2/23 (8.7%) sampel, 3/39 (7.7%) pada sampel dengan astigmat, 59/376 (15.7%) pasien miopia astigmat dan 18/40 (45%) sampel pada pasien hipermetropia astigmat.
Kesimpulan: Hipermetropia astigmat adalah jenis gangguan refraksi yang paling memengaruhi kejadian ambliopia, namun belum diketahui pasti bagaimana mekanismenya.