Al-Khayal dan Al-'Athifah dalam Syair Asyhadu An Laa Imra'ata Illa Anti (Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau) Karya Nizar Qabbani

Afifah Nur Izzah, Al-Khayal dan Al-‘Athifah dalam Syair Asyhadu An Laa Imra’ata Illa Anti (Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau) Karya Nizar Qabbani. Di bawah bimbingan Dr. Supratman, S.S., M.A. M.Sc., Ph.D. dan Ilham Ramadhan, S.S, M.A.

Skripsi ini berjudul “Al-Khayal dan Al-‘Athifah dalam Syair Asyhadu An Laa Imra’ata Illa Anti (Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau) Karya Nizar Qabbani”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Al-Khayal dan Al-‘Athifah dalam syair Asyhadu An Laa Imra’ata Illa Anti Karya Nizar Qabbani menggunakan tinjauan analisis struktural Ahmad Muzakki.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan mengikuti prosedur dan prinsip kerja penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik kepustakaan (library research). Teknik kepustakaan digunakan dalam keseluruhan proses penelitian sejak awal hingga akhir penelitian dengan cara memanfaatkan berbagai macam pustaka yang relevan dengan bahan kajian yang sedang diteliti misalnya mengumpulkan data-data yang diperlukan. Data yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa kata-kata dalam syair “Asyhadu An Laa Imra’ata Illa Anti” karya Nizar Qabbani. Sedangkan analisis data menggunakan metode deskriprif analisis yaitu memberikan gambaran data yang jelas sesuai dengan data yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan teori Ahmad Muzakki Al-Khayal terdiri dari tiga bagian yaitu khayal ibtikari, khayal ta’lifi, dan khayal bayani. Khayal ibtikari dalam syair “Asyhadu An Laa Imra’ata Illa Anti” yaitu tema cinta dengan menggunakan kata-kata yang sangat indah, terasa sublim dan berkesinambungan. Khayal ta’lifi yang terdapat dalam syair “Asyhadu An Laa Imra’ata Illa Anti” berjumlah sembilan bait. Khayal bayani yang terdapat dalam syair “Asyhadu An Laa Imra’ata Illa Anti” berjumlah tiga belas bait.
Sedangkan Al-‘Athifah terdiri dari lima bagian yaitu kebenaran rasa (Shidq al-‘Athifah) yaitu memberikan rasa cinta yang sangat kekal, kekuatan rasa (Quwah al-‘Athifah) yaitu ada dua bait dengan menyampaikan sesuatu lewat syairnya yang dapat menyentuh hati, ragam rasa (Tanawu al-‘Athifah) yaitu rasa cinta, kagum, penasaran dan sensual, kelanggengan rasa (Tsabat al-‘Athifah) yaitu membuktikan kelanggengan rasa dalam syair yaitu rasa cinta, dan tingkat rasa (Sumuw al-‘Athifah) yaitu ketika diksi-diksi yang digunakan dalam syair ini mengisyaratkan persaksian cinta.