KRIMINALITAS DI KOTA MAKASSAR TAHUN 1945-1959

Arisal, dengan judul "Kriminalitas di Kota Makassar tahun 1945-1959", dibimbing oleh Dr. Ilham, S.S., M.Hum., dan Drs. Dias Pradadimara, M.A., M.S. Karya ini disusun menggunakan sumber Arsip Hindia Belanda dan Koran Terbitan Belanda yang memberikan gambaran tentang Kota Makassar pada tahun 1945 hingga 1959. Penjelasan tersebut dibagi atas dua periode yang khas, pertama 1945 hingga 1949 (biasanya disebut periode Perang Kemerdekaan), yang hingga saat masih sedikit sekali sumber yang bercerita tentang periode tersebut di Kota Makassar, bahkan mitos seringkali menjadi pegangan masa tersebut. Periode kedua setelah Konferensi Meja Bundar 1949 hingga 1959, menjadi penting lantaran melihat genealogi kekerasan atau kriminalitas sebelum dan setelah 1949. Pada periode 1945 hingga 1959 telah terjadi secara umum empat kali pergantian kekuasaan, dalam masa transisi tersebut, muncul berbagai bentuk tindakan kekerasan. Tematis kriminalitas menjadi pendukungnya dalam melihat gejala-gejala tersebut di Kota Makassar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk-bentuk kriminalitas dan bagaimana mengatasi kekerasan di Kota Makassar. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta 1945, kondisi ini jauh berbeda yang dialami di Kota Makassar, terbentuk laskar-laskar dengan tipikal aksi pembunuhan, pencurian dan perampokan yang melakukan aksi sampai tahun 1947. Setelah itu, tetap terjadi kekerasan yang dilakukan oleh sisa dari penangkapan para laskar-laskar dan yang pergi ke Jawa melanjutkan perjuangan. Sedangkan, tipikal kekerasan tahun 1949 hingga 1959 lebih beragam lagi, selain dari gerombolan juga disebabkan oleh orang-orang yang memanfaatkan kesempatan dalam masa kekacauan, terlebih permasalahan ekonomi.