KAJIAN IN VITRO EMBRIO SAPI BALI UNTUK MENGHASILKAN KUALITAS EMBRIO YANG LAYAK TRANSFER = STUDY OF BALI CATTLE EMBRYOS TO PRODUCE EMBRYOS SUITABLE FOR TRANSFER IN VITRO


Damayanti, Erni (2022) KAJIAN IN VITRO EMBRIO SAPI BALI UNTUK MENGHASILKAN KUALITAS EMBRIO YANG LAYAK TRANSFER = STUDY OF BALI CATTLE EMBRYOS TO PRODUCE EMBRYOS SUITABLE FOR TRANSFER IN VITRO. Disertasi thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of Cover]
Preview
Image (Cover)
P013191034_disertasi_11-01-2023 cover1.png

Download (106kB) | Preview
[thumbnail of Bab 1-2] Text (Bab 1-2)
P013191034_disertasi_11-01-2023 1-2.pdf

Download (584kB)
[thumbnail of Dapus] Text (Dapus)
P013191034_disertasi_11-01-2023 dp.pdf

Download (453kB)
[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
P013191034_disertasi_11-01-2023.pdf
Restricted to Repository staff only until 1 March 2025.

Download (1MB)

Abstract (Abstrak)

Tujuan penelitian adalah mengkaji produksi embrio sapi Bali secara in vitro. Tujuan penelitian terdiri dari empat bagian dengan tujuan spesifik: 1). Mengkaji vitrifikasi oosit sapi Bali, 2). Mengkaji embrio sapi Bali yang mampu mencapai tahap morula atau blastosis dan kaitannya dengan hidrogen perioksida (H2O2); 3). Mengkaji tingkat apoptosis sel pada embrio sapi Bali yang diproduksi secara in vitro; 4). Mengkaji faktor pertumbuhan pada cairan folikel, media maturasi dan media kultur. Penelitian ini mengunakan ovarium yang berasal dari rumah potong hewan dan difertilisasi menggunakan semen yang berasal dari satu pejantan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nyata antar oosit yang divitrifikasi sebelum dimatangkan dan oosit yang divitrifikasi setelah dimatangkan (P<05). Tingkat viabilitas oosit setelah dimatangkan lebih tinggi dibanding dengan oosit yang tidak dimatangkan sebelum vitrifikasi yaitu 63,74±4,82 vs 76,27±1,81, tingkat maturasi metafase II (MII) 19,81±1,62 vs 30 50,22±8,29 dan tingkat fertilisasi 2PN 32,02±6,44 vs 45,36±6,02. Embrio 2 sel tidak mampu mencapai morula, sedangkan tahap 4, 8 dan 16 sel mampu berkembang sampai tahap morula masing-masing 9,83%, 12,83% dan 25,00%. Konsentrasi H2O2 pada setiap kelompok sel tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil uji korelasi konsentrasi H2O2 dengan kemampuan embrio untuk mencapai tahap morula berkorelasi negatif yaitu semakin rendah konsentrasi H2O2 pada embrio peluang embrio untuk mencapai tahap morula semakin tinggi. Persentase embrio yang mengandung setidaknya 1 nukleus yang menunjukkan karakteristik tunel dari apoptosis yaitu 2 sel (28,33%), 4 sel (41,93%) 8 sel (43,48%) dan 16 sel (50%). EGF ditemukan pada cairan folikel dan media kultur embrio. FGF2 ditemukan pada cairan folikel, media maturasi dan media kultur. Kesimpulan penelitian yaitu vitrifikasi oosit sebaiknya dilakukan setelah dilakukan pematangan oosit, Konsentrasi H2O2 yang tinggi menghambat perkembangan embrio, semakin cepat sel mengalami apoptosis semakin rendah tingkat kemampuan sel untuk berkembang lebih lanjut. Semakin tinggi persentase embrio yang mencapai morula semakin rendah konsentrasi Growth Factor dalam media.

Keywords : Embrio Sapi Bali, Hidrogen Perioksida, Apoptosis, Growth Factor, vitrifikasi, Fertilisasi in vitro

Item Type: Thesis (Disertasi)
Uncontrolled Keywords: Apoptosis, Bali cattle embryo, Growth Factor, Hydrogen Peroxide, In Vitro Fertilization, Vitrification
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions (Program Studi): Program Pascasarjana > Ilmu Pertanian
Depositing User: S.Sos Rasman -
Date Deposited: 09 Mar 2023 03:19
Last Modified: 09 Mar 2023 03:19
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/25533

Actions (login required)

View Item
View Item