HUBUNGAN POLA KEMITRAAN DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KAKAO DI KABUPATEN LUWU SULAWESI SELATAN

Kemitraan adalah salah satu alternatif usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan agribisnis biji kakao.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis: (1) pola dan mekanisme
kemitraan antara petani kakao Kabupaten Luwu dengan PT. Mars
Simbioscience Indonesia (PT. MSI), (2) kendala dalam pelaksanaan
program kemitraan tersebut, (3) perbedaan biaya usahatani, penerimaan
dan pendapatan antara petani kakao bermitra dengan tidak bermitra, (4)
hubungan pola kemitraan kakao PT. MSI dengan pendapatan petani kakao
di Kabupaten Luwu.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Luwu dan PT. MSI mulai
Maret – Mei 2012. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga tipe kemitraan (
transfer teknologi, transfer teknologi berbasis kompos, pertanian kakao
lestari sertifikasi Rainforest Alliance (RA) ), yang dikenal dengan Cocoa
Sustuinability Parthnership (CSP). Pendapatan petani yang ikut
melaksanakan pola kemitraan sertifikasi RA berbeda dengan pendapatan
petani yang tidak masuk dalam kemitraan tersebut, rata-rata perbedaan
Rp.4.100.000,-/tahun/ha. Perbedaan lain adalah harga biji kakao sertifikasi
RA dengan biji kakao yang tidak tersertifikasi, dengan perbedaan berkisar
Rp.2.000 – Rp.2.500/kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan
tipe/bentuk kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. Mars Simbioscience
dengan pendapatan petani kakao di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan.
Dalam menjalin kemitraan dengan petani kakao, sebaiknya ada ikatan
kerjasama/kontrak yang mengikat kedua belah pihak, agar prinsip dan
tujuan kemitraan dapat tercapai.