BENTUK KESANTUNAN LINGUISTIK DAN STRATEGI PERTUTURAN WANITA DAN PRIA ETNIS BUGIS

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk dan pola
kesantunan linguistik, (2) mengungkapkan strategi kesantunan yang
digunakan oleh penutur wanita dan pria, dan (3) menjelaskan pengaruh faktor
sosial terhadap pilihan strategi bertutur yang digunakan penutur wanita dan
pria di Kabupaten Bone.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone, dengan mengambil
sampel lokasi pada lima kecamatan sebagai wilayah tutur: Metode penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah survei, dengan jumlah sampel
responden sebanyak 200 penutur. Metode pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi melalui teknik pengamatan, wawancara, dan penyebaran
kuesioner. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu uji
regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penutur wanita lebih santun
daripada penutur pria. Hal tersebut diperkuat oleh perbedaan penggunaan
bentuk kesantunan linguistik dan strategi pertuturan antara penutur wanita
dan pria Bugis di Kabupaten Bone. Penutur wanita Bugis lebih sering
menggunakan bentuk pemarkah linguistik, mewujudkan pertuturannya secara
tidak langsung atau samar-samar, dan lebih senang memilih strategi
kesantunan negatif (SKN). Sementara penutur pria Bugis lebih kurang
menggunakan pemarkah linguistik, lebih sering menggunakan bentuk
langsung (terus terang), dan lebih dominan memilih strategi kesantunan
positif (SKP). Hasil penelitian ini juga menunjukkan, bahwa faktor nilai
budaya (pangadereng) dan faktor sosial (usia, pendidikan, jabatan,
keturunan, dan penghasilan) menunjukkan pengaruh yang sangat kuat
(signifikan) terhadap usaha pemilihan strategi bertutur yang lebih santun
oleh penutur wanita dan pria Bugis. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
sistem Pangadereng melalui konsep adek makkeada-ada ternyata masih
menjadi pedoman bagi masyarakat Bugis Bone dalam bertindak tutur.