LINGKUNGAN BINAAN YANG BERKELANJUTAN PADA KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN ENREKANG = SUSTAINABLE BUILT ENVIRONMENT IN FLOOD-PRONE AREAS IN ENREKANG DISTRICT


Sumardi, Muh Raim Yusrauhillah (2022) LINGKUNGAN BINAAN YANG BERKELANJUTAN PADA KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN ENREKANG = SUSTAINABLE BUILT ENVIRONMENT IN FLOOD-PRONE AREAS IN ENREKANG DISTRICT. Thesis thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of Cover]
Preview
Image (Cover)
D042201001_tesis_09-08-2022 cover1.png

Download (88kB) | Preview
[thumbnail of Bab 1-2] Text (Bab 1-2)
D042201001_tesis_09-08-2022 1-2.pdf

Download (2MB)
[thumbnail of Dapus] Text (Dapus)
D042201001_tesis_09-08-2022 dp.pdf

Download (159kB)
[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
D042201001_tesis_09-08-2022.pdf
Restricted to Repository staff only until 22 November 2024.

Download (8MB)

Abstract (Abstrak)

MUH. RAIM YUSRAUHILLAH SUMARDI. Lingkungan Binaan Yang Berkelanjutan Pada Kawasan Rawan Bencana banjir Di Kecamatan Enrekang. (dibimbing oleh Nurul Nadjmi dan Samsuddin Amin)

Indonesia merupakan negara tropis dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca ekstrim yang menyebabkan berbagai macam bencana hidrometeorologi salah satunya banjir. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar dasar yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sedangkan lingkungan binaan merupakan lingkungan yang didominasi struktur buatan manusia, yang didalamnya terdapat hubungan antara bangunan, manusia, dan lingkungan. Berdasarkan data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Kecamatan Enrekang merupakan salah satu kecamatan terdampak banjir di Kabupaten Enrekang. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik dengan metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Jenis banjir di Kecamatan Enrekang merupakan banjir bandang dengan tipologi tempat terjadinya berada pada daerah sempadan sungai dan daerah dataran banjir (flood plain area). Debit maksimum Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo yakni sebesar 18.829,44 m3/dtk. Penyebab utama terjadi banjir ialah akibat luapan Sungai yang disebabkan tingginya sedimentasi pada pertemuan sungai Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo. Tipologi perkotaan Enrekang merupakan permukiman/kota tepian sungai dengan pola dan struktur pemukiman/kota yang dibelah atau dilalui oleh sungai yang berada pada ketinggian pegunungan. Terdapat ketidaksesuaian aturan jarak sempadan sungai dalam RTRW Kabupaten Enrekang serta pemanfaatan bantaran banjir sebagai perumahan/pemukiman. Perhitungan jarak sempadan perlindungan banjir dan ruang meandering pada Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo sejauh 45 meter. Dengan mendesign sempadan sungai sejauh 45 meter sebagai zona penyangga ekologi dengan diameter vegetasi 30-35 cm serta jarak antara vegetasi sejauh 5-15 meter dapat mereduksi kecepatan aliran air serta debit banjir sebayak 43-95%. Upaya Struktural dapat dilakukan diantaranya; renaturalisasi vegetasi pada tepian sungai, pemeliharan sarana dan prasarana lingkungan, normalisasi sedimentasi pada sungai dan penerapan metode river side polder. Sedangkan upaya Non Struktural diantaranya dengan penentuan jarak sempadan perlindungan banjir sejauh 45 meter sebagai zona penyangga ekologi. Keberlanjutan zona penyangga ekologi tepian sungai berperan vital sebagai resistensi banjir sehingga dapat bermanfaat dalam perencanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kecamatan Enrekang.

Keywords : Lingkungan Binaan, Kecamatan Enrekang; Faktor Banjir; Fungsi Ruang; Keberlanjutan Ekologi.

Item Type: Thesis (Thesis)
Uncontrolled Keywords: Built Environment; Enrekang District; Flood Factors; Space Function; Ecological Sustainability
Subjects: T Technology > T Technology (General)
Divisions (Program Studi): Fakultas Teknik > Teknik Arsitektur
Depositing User: S.Sos Rasman -
Date Deposited: 24 Nov 2022 01:25
Last Modified: 24 Nov 2022 01:25
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/23441

Actions (login required)

View Item
View Item