Ayatullah, Meilani Nur (2020) HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA. Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin.
C011171044_skripsi cover1.png
Download (138kB) | Preview
C011171044_skripsi 1-2.pdf
Download (1MB)
C011171044_skripsi dp.pdf
Download (448kB)
C011171044_skripsi.pdf
Download (2MB)
Abstract (Abstrak)
Latar Belakang : Stunting masih menjadi masalah yang dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak. Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang sesuai dengan umur. Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Stunting menggambarkan riwayat kekurangan gizi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Stunting pada anak mengakibatkan penurunan sistem imunitas tubuh dan meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi. Faktor penyebab stunting diantaranya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat sejak dalam kandungan karena retardasi pertumbuhan intera uterin, hal ini dapat berlanjut hingga anak telah lahir. Jika tidak didukung dengan pemberian gizi dan pola asuh yang baik dan akhirnya sering gagal mengejar tingkat pertumbuhan yang seharusnya dicapai.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas Kota Makassar.
Metode : Jenis penelitian menggunakan desain case-control. Sampel dipilih secara Proportional Stratified Cluster Random Sampling. Besar sampel sebanyak 80 subjek (40 balita stunting dan 40 balita tidak stunting). Penentuan stunting pada balita diperoleh dari data primer dengan mengukur tinggi badan subjek. Untuk data bayi berat lahir rendah (BBLR) diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada ibu subjek.
Hasil : Dari hasil penelitian, frekuensi stunting tertinggi pada rentang umur 37-60 bulan yaitu sebanyak 16 balita. Dari 80 balita, terdapat 13 balita dengan riwayat BBLR, diantaranya pada kelompok stunting sebanyak 10 balita dan pada kelompok tidak stunting sebanyak 3 balita. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bayi berat lahir rendah (p : 0,044; OR=4,111; 95% CI: 1,037-16,295) dengan kejadian stunting pada balita.
Kesimpulan : Frekuensi kejadian stunting tertinggi pada rentang umur 37-60 bulan. Dari 13 balita dengan riwayat BBLR, frekuensi yang mengalami stunting lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak stunting. Balita dengan riwayat BBLR berisiko mengalami stunting. Balita dengan riwayat BBLR 4,1 kali lebih besar berisiko mengalami stunting dibandingkan balita dengan berat lahir normal.
Keywords Bayi berat lahir rendah (BBLR), stunting
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
Depositing User: | S.Sos Rasman - |
Date Deposited: | 03 Feb 2021 07:40 |
Last Modified: | 06 Nov 2024 00:35 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/2144 |