Berebut Suara di Daerah Konflik: Stratetgi Partai Politik pada Pemilu 1955 di Sulawesi Selatan/Tenggara

Sejak dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden tanggal 3 November 1945 yang menghendaki dibentuknya partai politik dan rencana pelaksanaan pemilihan umum pada bulan Januari 1946, bangsa Indonesia telah memilih konsep demokrasi sebagai alat dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Walaupun hampir 10 tahun sejak direncanakannya, dan dilaksanakan di tengah-tengah pertentangan ideologi yang sangat kuat dan keamanan yang tidak stabil di beberapa daerah, namun pemilihan umum 1955 yang merupakan pemilihan umum pertama yang dilaksanakan secara nasional ini telah menjadi barometer pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap, bagaimana peserta pemilu 1955, khusus partai politik/organisasi, membangun strategi guna mendapatkan suara di daerah konflik, dalam hal ini di daerah pemilihan Sulawesi Selatan/Tenggara. Oleh karena itu, penelitian ini mendasarkan pada metodologi penelitian sejarah yang dimulai dengan melakukan pelacakan sumber (heuristik), hingga pada tahap penulisan (historiografi). Tahap pencarian sumber, dilakukan baik terhadap dokumen tertulis, gambar, maupun surat kabar. Sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan tersebut kemudian dipilih berdasarkan autentisitas dan kredibilitas sumber (kritik sumber) yang dianggap dapat dipertanggungjawabkan. Dilakukan pula interpretasi data-data yang diperoleh sebelum tahap historiografi.
Berdasarkan penelusuran sumber, interpretasi dan analisis yang dilakukan, lima partai politik yang menjadi pemenang dai daerah pemilihan Sulawesi Selatan/Tenggara, mampu membangun strategi yang baik guna mendapatkan suara signifikan. Kemampuan mengolah isu dan ideologi, mengungkap rekam jejak dan program kerja, menempatkan calon potensial, serta membangun jejaring partai hingga ke akar rumput, terlihat jelas dilakukan partai-partai yang menjadi pemenang pemilu. Walaupun beberapa partai juga melakukan hal yang sama, akan tetapi tidak begitu maksimal dan masif. Perlu diketahui pada tahun 1950-an terjadi pemberontakan Kahar Muzakkar yang berusaha untuk menggagalkan pemilu. Terlebih ketidaksukaan Kahar Muzakkar terhadap kaum Nasionalis “Pancasila” dan Komunis, membuat partai-partai dengan Dasar Agama diuntungkan dan mampu menjadi pemenang pemilu 1955 di daerah pemilihan Sulawesi Selatan/Tenggara.