STUDI KARAKTERISTIK SARANG SEMIALAMI TERHADAP DAYA TETAS TELUR PENYU HIJAU, Chelonia mydas (Linnaeus, 1758) DI TAMAN WISATA PERAIRAN KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN = Study of Semi-Natural Nest Characteristics on Hatchability of Green Turtle Eggs (Chelonia mydas) (Linneaus, 1784) at Aquatic Tourism Park Area of Kapoposang Island, Pangkajene Islands Regency

Erick Renaldo Anggas, L21115308 “Studi Karakteristik Sarang Semialami Terhadap Daya Tetas Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas)(Linneaus, 1784) di Taman Wisata Perairan Pulau Kapoposang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan” dibimbing oleh Suwarni sebagai Pembimbing Pertama dan Dewi Yanuarita sebagai Pembimbing Kedua.
Pulau Kapoposang merupakan salah satu habitat atau area pendaratan penyu untuk melakukan peneluran. Penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan salah satu penyu yang melakukan peneluran di Pulau Kapoposang. Menurut Listiani et al (2015) penyu hijau merupakan jenis penyu yang paling banyak ditemukan, tapi kelestariannya masih menjadi permasalahan. Oleh karena itu, pelestarian dan konservasi penyu hijau di pulau Kapoposang sangat diperlukan, antara lain dengan melakukan penetasan telur secara semialami serta melakukan pemantauan terhadap parameter fisik lingkungan sarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik fisik sarang semialami yang baik terhadap daya tetas telur penyu hijau di Taman Wisata Perairan Kapoposang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen pada skala lapangan. Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan dan 3 kali pengulangan, sehingga didapatkan 6 kombinasi satuan percobaan dengan menggunakan dua sarang yang berbeda yaitu pada lahan terbuka yang terkena cahaya matahari langsung dan lahan ternaungi yang terlindung dari cahaya matahari langsung. Hasil penelitian karakteristik sarang semialami menunjukkan kisaran suhu permukaan sarang terbuka yaitu 26,53oC - 32,75oC dan suhu permukaan sarang ternaungi yaitu 26,01oC - 30,04oC sementara hasil pengukuran suhu dalam sarang pada sarang terbuka berkisar 27,88oC - 29,57oC dan pada sarang ternaungi berkisar 25,91oC - 27,60oC. Kelembaban pada sarang terbuka berkisar 10% - 11,77% sedangkan sarang ternaungi berkisar 16,67% - 20%. Lebar dan
kemiringan pantai sarang ternaungi memiliki lebar pantai berjarak 5 meter dari vegetasi terluar dengan kemiringan 40,5° sedangkan sarang terbuka berjarak 33,8 meter dari vegetasi terluar dengan kemiringan 2,52°. Substrat sarang termasuk dalam kategori pasir halus dengan kisaran 69,676- 76,191%, kondisi pasir tersebut tergolong cocok untuk inkubasi telur. masa inkubasi pada sarang terbuka lebih cepat, yaitu 53 hari sedangkan sarang ternaungi yang lebih lama, yaitu 54 hari. Persentase keberhasilan penetasan telur penyu hijau tertinggi pada sarang terbuka sebesar 70,27%, dan yang terendah pada sarang ternaungi sebesar 54,69% yang menunjukkan bahwa persentase keberhasilan penetasan belum memenuhi kriteria keberhasilan penetasan yang baik. Sarang semialami untuk penetasan telur penyu hijau dapat digunakan sebagai salah satu upaya dalam meminimalisir kepunahan penyu hijau terutama di Pulau Kapoposang.

Kata Kunci : Penyu Hijau (Chelonia mydas), Pulau Kapoposang, Karakteristik Sarang Semialami, Daya Tetas Telur