Perbandingan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Preklinik Dan Tingkat Profesi Dokter (COASS) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Di Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021

PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA PREKLINIK DAN TINGKAT PROFESI DOKTER (COASS) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DI MASA PANDEMI COVID-19 TAHUN 2021
A. Afiq Raihan1)

Latar belakang : Pada akhir Desember 2019, terjadi sebuah wabah pneumonia secara misterius yang ditandai dengan demam, batuk kering, dan kelelahan, dan gejala gastrointestinal yang terjadi di Wuhan, Hubei, Tiongkok. Pandemi COVID-19 ini juga berdampak pada kesehatan mental. Beberapa studi membuktikan adanya peningkatan kecemasan pada mahasiswa selama pandemi Covid-19 ini. Salah satu fakultas dengan angka kecemasan yang tinggi adalah fakultas kedokteran. Mahasiswa kedokteran memiliki tingkat stress yang tinggi karena peran pentingnya mahasiswa tersebut pada bidangnya.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbandingan tingkat kecemasan mahasiswa preklinik dan tingkat profesi dokter (coass) fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin di masa pandemi Covid-19 tahun 2021.
Metode Penelitian : Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan penelitian analitik deskriptif dengan desain cross sectional. Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk melakukan analisa variabel independen terhadap variabel dependen.
Hasil : Pada penelitian ini diperoleh 345 sampel yang memenuhi diikutkan dalam penelitian. Dari 345 orang sampel, diitemukan banyak kejadian kecemasan berdasarkan kuesioner GAD-7 yang diberikan kepada seluruh sampel penelitian. Hanya 67 orang (19,4%) dari total seluruh sampel yang tidak ditemukan adanya kecemasan berdasarkan interpretasi dari skor GAD-7. Dari seluruh sampel, 80,6% memiliki kecemasan dengan tingkatan yang berbeda.
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan banyak mahasiswa kedokteran yang mengalami kecemasan dan terdapat hubungan status pendidikan dari mahasiswa kedokteran dengan kejadian kecemasan. Untuk mempersiapkan dokter masa depan dengan lebih baik, diperlukan skrining dan intervensi terkait kesehatan mental bagi mahasiswa kedokteran.