Strategi Adaptasi dan Relasi Sosial Masyarakat Tani Dataran Tinggi di Desa Kaluppini Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang = Adaptation Strategy and Social Relations of Highland Farming Community in Kaluppini Village, Enrekang Subdistrict, Enrekang Regency


Lukman, Ainul Inayah (2021) Strategi Adaptasi dan Relasi Sosial Masyarakat Tani Dataran Tinggi di Desa Kaluppini Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang = Adaptation Strategy and Social Relations of Highland Farming Community in Kaluppini Village, Enrekang Subdistrict, Enrekang Regency. Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of Cover]
Preview
Image (Cover)
G21115524_skripsi_cover1.jpg

Download (278kB) | Preview
[thumbnail of Bab 1-2] Text (Bab 1-2)
G21115524_skripsi_bab 1-2.pdf

Download (1MB)
[thumbnail of Dapus] Text (Dapus)
G21115524_skripsi_dp.pdf

Download (161kB)
[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
G21115524_skripsi.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract (Abstrak)

Strategi Adaptasi dan Relasi Sosial Masyarakat Tani Dataran Tinggi
di Desa Kaluppuni, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang

Adaptation Strategy and Social Relations Of Upland Farmer Communities
In Kaluppuni Village, Enrekang District, Enrekang Regency

Nurbaya Busthanul*, Idris Summase, Saleh Ali, Hatta Jamil, Ainul Inayah Lukman
Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universis Hasanuddin, Makassar
*Kontak Penulis : ainulinayahh@gmail.com
ABSTRACT
This research aims to determine the strategy of adaptation and social relation of farmers in the Highland area in the village Kaluppini Enrekang District Enrekang District.The data analysis used is a qualitative descriptive analysis. The results showed that the farmers in Kaluppini village had a drought problem and had the effort to get water to shorten the needs of the soil so that farmers move from rice farmers to corn farmers because by planting corn the amount of water that the plant needs is not too much so that the farmers can still cultivate it. To conduct the adaptation strategy farmers utilize social relations in the community that is giving information about word of mouth and still high culture gotong Royong in the community of Kaluppini village.
Keywords :Adaptation strategies; Social relations; Farming community.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi adaptasi dan relasi sosial masyarakat tani di kawasan dataran tinggi yaitu di Desa Kaluppini Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani di Desa Kaluppini mengalami permasalahan kekeringan dan susahnya mendapatkan air untuk memenui kebutuhan tanamannya sehingga para petani beralih dari petani padi menjadi petani jagung karena dengan menanam jagung jumlah air yang dibutuhkan tanaman tidak terlalu banyak sehingga para petani masih dapat membudidayakannya. Untuk melakukan strategi adaptasi tersebut para petani memanfaatkan relasi-relasi sosial di masyarakat kaluppini yaitu saling memberi informasi dari mulut ke mulut dan masih tingginya budaya gotong royong di tengah masyarakat Desa Kaluppini.
Kata Kunci : Strategi adaptasi; relasi sosial; masyarakat tani

PENDAHULUAN

Petani adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari manusia lain. Petani juga memiliki keluarga serta antara petani dan keluarganya tersebut memiliki suatu pola hubungan yang saling mendukung.Hubungan yang saling mendukung tersebut yang membuat keluarga petani hidup dengan tentram.Pola hubungan yang saling mendukung seperti ini dari tahun ke tahun sudah mulai berkurang kadarnya.Dapat dilihat saat ini petani mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup serta adanya teknologi yang membuat pekerjaan petani semakin efiesien dan mudah.Dalam masyarakat pertanian pedesaan ternyata tidak lepas dari perubahan struktur sosial kemasyarakatan.Pembahasan mengenai struktur sosial yang dikemukakan oleh Ralph Linton ada dua konsep, yaitu status dan peran.Status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari sebuah status. Menurutnya seseorang menjalankan perannya ketika ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Selain itu ia juga membedakan pembagian status antara ascrribed status (status yang diperoleh sejak lahir) dan achieved status (status yang diraih selama hidup). Konsep ini menunjukkan bahwa dalam suatu struktur sosial terdapat ketidaksamaan posisi sosial antar individu.Sedangkan Max Weber mengatakan bahwa suatu masyarakat terbagi dalam stratifikasi yaitu kelas, status, dan kekuasaan.
Manusia sebagai bagian dari lingkungannya, mempunyai hubungan timbal balik yang selaras dengan lingkungannya, dengan kata lain ada keseimbangan dalam berinteraksi. Dalam interaksi yang terjadi secara terus menerus tersebut, manusia mendapatkan pengalaman tentang lingkungannya.Gambaran tentang lingkungan hidupnya itu disebut citra lingkungan. (Triharso dalam Depdikbud, 2013) Dengan kata lain maka lingkungan yang dimilikinya manusia memiliki seperangkat pengetahuan yang mempengaruhi tindakannya dalam memperlakukan lingkungan alam disekitarnya.Seperti halnya petani yang akan berinteraksi langsung dengan alam yang ada di sekitar untuk menghasilkan suatu produksi pertanian maka dibutuhkan adanya strategi adaptasi.
Sejumlah masalah yang dihadapi petani saat ini berbeda dengan masalah yang terdahulu.Masalah-masalah yang dihadapi petani yaitu lahan yang semakin sempit, kondisi lingkungan, iklim dan cuaca, pupuk, modal, dan pemasaran. Menyikapi kondisi tersebut, setiap petani harus melakukan berbagai strategi adaptasi untuk dapat bertahan dan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Selain itu, strategi adaptasi banyak dilakukan masyarakat tani untuk dapat mempertahankan kehidupannya dengan melihat keterlibatan individu-individu dalam suatu rumahtangga dalam berjuang untuk mendapatkan jenis mata pencahariannya sehingga dapat bertahan atau meningkat derajat kehidupannya.
Strategi adaptasi, yaitu strategi adaptasi yang bersifat mempertahankan penghidupan secara ekonomi, menghadapi perubahan nilai di masyarakat akibat pengaruh budaya luar, dan mengatasi masalah-masalah lahan dan lingkungan permukiman.Strategi yang bersifat mempertahankan penghidupan secara ekonomi terkait dengan mata pencaharian alternatif, spekulasi sewa lahan terhadap penetapan harga hasil pertanian, dan upaya insurance.
Setiap masyarakat tani memiliki modal nafkah atau livelihood asset (modal nafkah), yaitu modal alam, modal fisik, modal finansial, modal manusia, dan modal sosial.Strategi adaptasi setiap masyarakat tani berbeda-beda karena memiliki modal nafkah yang berbeda pula.Selain itu, modal sosial pada masyarakat tani terutama relasi sosial yang dimilikinya berperan besar dalam strategi adaptasi dan perekonomian keluarga petani.hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jaringan yang dimiliki masyarakat tani ketika berada dalam keadaan tidak seimbang atau krisis. Banyak dari mereka yang memanfaatkan jejaringnya, seperti ke koperasi atau yang lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya ataupun untuk membantunya ketika berada dalam keadaan krisis. Selain itu, Hayami dan Kikuchi dalam Abdurrahim (2015) mengungkapkan bahwa pada masyarakat pedesaan yang hidup di satu daerah yang sama dan bekerja sama dengan berbagai cara untuk keamanan dan keberlangsungan hidup mereka. Pada umumnya seseorang dapat dikatakan memiliki relasi sosial apabila seseorang atau individu tersebut susah hidup bersama dalam jangka waktu yang lama sehingga membentuk suatu pola sehingga pola hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai relasi sosial.
METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kaluppini Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang.Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan Desa Kaluppini merupakan dataran tinggi yang keseluruhan penduduknya telah beralih dari budidaya
padi ke budidaya jagung.Waktu penelitian dimulai pada bulan September
hingga Oktober 2019.
Dalam menentukan informan, penelitian ini menggunakan teknik snow ball.Teknik snow ball tujuannya adalah untuk memudahkan peneliti untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti.Penentuan informan dengan teknik ini tidak langsung asal memilih informannya.Tetapi peneliti harus menentukan terlebih dahulu informan kunci.Dari informan kunci, peneliti kemudian mendapatkan saran untuk informan berikutnya, demikian seterusnya sampai keterangan yang dibutuhkan sudah terasa cukup. Informan yang akan ditemui merupakan informan yang mempunyai potensi dalam memberikan informasi mengenai tema penelitian ini dengan syarat, yaitu keterlibatan langsung seorang informan tentu saja menjamin keakuratan informasi, sehingga melalui teknik tersebut, peneliti telah mendapatkan informan selanjutnya yang menjadi informan utama (Wisadira, 2005, hlm. 90). Senada dengan perkataan Wisadira (2005), Idrus (2009) mengatakan bahwa penentuan informan menggunakan teknik snow ball, terlebih dahulu peneliti menentukan informan kunci, dengan asumsi bahwa subjek adalah orang yang tahu tentang dirinya dan tema yang akan diteliti.
Berdasarkan penjelasan di atas maka di tentukanlah kepala desa Kaluppini sebagai informan kunci dikarenakan beliau merupakan orang pertama yang beralih dari komoditi dari padi ke jagung.Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Informan kunci, peneliti mendapatkan informasi atau data terkait informan selanjutnya.Dalam teknik penentuan informan snow ball, bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan lengkap terkait penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.Selain digunakan untuk menganalisis strategi adaptasi dan pola relasi sosial masyarakat tani di lokasi penelitian, analisis kualitatif juga digunakan menggambarkan dan menguraikan usahatani jagung.Analisis data kuantitatif dilakukan berdasarkan hasil

kuesioner yang diolah menggunakan Microsoft Excel kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel untuk mengklasifikasi data. Adapun proses pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana :
• Reduksi data. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Data perlu segera dianalisis melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang jelas tentang sesuatu yang diteliti. Data hasil reduksi mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mempermudah pencarian kembali jika diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik (komputer).
• Penyajian data. Penyajian data dilakukan setelah tahap reduksi. Dalam penelitian kualitatif. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan sebagainya. Dalam hal ini Miles dan Huberman mengemukakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
• Penarikan kesimpulan. Langkah ketiga analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan. Simpulan awal masih bersifat sementara. Simpulan ini akan berubah bila ditemukan bukti-bukti pendukung yang kuat selama proses pengumpulan data berikutnya. Jika simpulan awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka simpulan yang dikemukakan di awal merupakan simpulan yang kredibel (Sugiyono, 2007, hlm. 91-99).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi Adaptasi Masyarakat Tani di Desa Kaluppini
• Pola Konsumsi
Kegiatan konsumsi, pola pengeluaran antar rumah tangga tidak akan sama persis. Akan tetapi memiliki perbedaan keteraturan dalam pola pengeluaran secara umum.Pola pengeluaran ini bisa juga disebut pola konsumsi (sebab konsumsi merupakan suatu bentuk pengeluaran).
Pola konsumsi dapat dijadikan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat dalam rumah tangga.Pola komsumsi yang didominasi pada pengeluaran makanan merupakan potret masyarakat dengan kesejahteraan yang masih rendah.Sebaliknya pola konsumsi yang didominasi pada pengeluaran nonmakanan merupakan gambaran masyarakat yang lebih sejahtera.
Masyarakat di Desa Kaluppini seperti masyarakat pada umumnya di Indonesia yang menjadikan beras sebagai makanan pokoknya.Mereka membeli kebutuhan konsumsinya di pasar yang ada di Desa Kaluppini.Tetapi terkadang ada penjual

keliling yang datang ke dalam desa untuk menjual dagangannya seperti penjual sayur keliling.Di pasar yang ada di Desa Kaluppini juga menjual keperluan sehari-hari masyarakat selain kebutuhan untuk konsumsi.
Kegiatan pertanian yang dilakukan di Desa Kaluppini adalah petani dan peternak.Kondisi pertanian di Desa Kaluppini sebenarnya sangat menjanjikan untuk kondisi lingkungannya tetapi sistem irigasi di desa ini yang kurang memadai karena masih mengandalkan tadah hujan.Tidak hanya kebutuhan air untuk tanaman
yang sulit didapatkan tetapi juga kebutuhan air untuk masyarakat juga
pernah mengalami kesulitan.
Masyarakat di Desa Kaluppini tidak mengkonsumsi hasil panennya melainkan untuk dijual lagi kepada pedagang pengepul karena lokasi Desa yang sulit di akses
dan tidak ada kendaraan yang.Para petani menjual hasil panennya dengan
harga 36.000/kg.
Menurut petani di Desa Kaluppini bekerja sebagai petani sudah dapat memenuhi kebutuan sehari-hari mereka karena menurut mereka sudah bisa menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan rumah tangga saja sudah cukup.
Tidak hanya bertani mereka juga beternak dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka.
“Suhardin (47 tahun), saat panen tiba kami hanya mengandalkan pedagang pengepul untuk membeli hasil panen kami karena jika kami yang turun langsung ke pasar harus menyewa pick up untuk membawa hasil panen. Jika kami membawa hasil panen kami dengan menggunakan motor akan sulit karena akses jalan yang kurang memadai sehingga lebih efisien jika langsung menjual ke pedagang pengepul.”
Ketika masyarakat Desa Kaluppini ingin berbelanja mereka akan berbelanja ke pasar Kaluppini selain itu juga adanya pedagang keliling karena di pasar Kaluppini tidak lengkap menjual kebutuhan masyarakat. Jika ingin berbelanja mereka hanya mengandalkan pasar di Kaluppini dan pedagang keliling untuk membeli kebutuhan mereka, dan mereka pun sangat jarang pergi ke pasar Kabupaten Enrekang karena menurut mereka jauh dan ada beberapa jalanan yang rusak.
Kondisi bangunan rumah masyarakat Desa Kaluppini kebanyakan Rumah panggung tetapi ada juga beberapa rumah yang permanen tidak bertingkat.Di Desa Kaluppini tidak terdapat rumah batu semi permanen dan rumah bambu.Sumber air masyarakat di Desa Kaluppini yaitu air dari gunung yang dibuatkan pipa untuk bisa mengalir ke rumah-rumah yang ada di Desa Kaluppini. Di Desa Kaluppini tidak ada air PAM, sumur, dan air bor. Sumber Listrik di Desa Kaluppini adalah PLN.
Di Desa Kaluppini hanya terdapat Sekolah Dasar berjumlah 3.Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas terdapat di Luar Desa sehingga anak yang ingin melanjutkan pendidikan harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh.Anak yang bersekolah di Sekolah Menengah pertama berjalan kaki menuju sekolah mereka karena sekolah tersebut terdapat di desa sebelah. Sekolah menengah ke atas hanya terdapat di Kabupaten Enrekang sehingga mereka harus naik kendaraan,
ada anak yang membawa motor sendiri adapula anak yang di antarkan oleh
orang tua mereka.
Kondisi air yang sulit inilah yang membuat mayarakat di Desa Kaluppini harus bisa memikirkan cara agar tetap bisa bercocok tanam. Karena bertani merupakan pekerjaan utama yang ada di Desa kaluppini.Para petani yang ada di Desa Kaluppini menanam padi di lahan mereka tetapi semenjak tidak menentunya musim membuat petani sering mngalami kerugian dalam menanam padi.Masyarakat di Desa Kaluppini mulai menanami lahan mereka dengan tanaman palawija yaitu jagung putih.Awalnya tanaman padi dan jagung putih ini masih diselingi tetapi semakin sulitnya air sehingga mereka tidak lagi menanam padi dan mulai beralih menanam jagung putih.
“Pak Suhardin (47 tahun), bahwa awalnya warga desa ini menanam padi tetapi
saat kondisi air tidak memungkinkan untuk tetap menanam padi karena lebih sering
terjadi gagal panen”
Jagung putih tidak terlalu menguntungkan karena hasilnya mereka konsumsi untuk diri sendiri tidak dijual.Semenjak 3 tahun terakhir masyarakat di Desa Kaluppini sudah beralih menanam jagung kuning karena hasilnya lebih menguntungkan dibandingkan jagung putih.Jagung kuning ini dijual kepada pedagang pngumpul yang datang ke dalam desa untuk membeli langsung ke petani di Desa Kaluppini.
Pada saat air mulai sangat susah di dapatkan para petani di Desa Kaluppini sedikit demi sedikit beralih menanam jagung putih, tetapi masih ada juga yang memilih untuk tetap menanam padi, hal ini dikarenakan jagung putih tidak memiliki nilai ekonomis. Ketika petani menanam jagung putih maka hasil panen tersebut hanya bila dikonsumsi secara pribadi tidak untuk dijual.Semakin lama petani sudah sebagian besar yang beralih untuk menanam jagung putih.Namun karena jagung putih yang tidak memiliki nilai ekonomis maka para ptani di Desa Kaluppini beralih lagi menanam jagung kuning yang hasil panennya bisa mereka pasarkan.Maka sampai saat ini mereka masih tetap menanam jagung kuning.
• Pola Produksi
Perkembangan pola produksi pertanian pangan yang berorientasi pada padi sawah tampaknya memberikan rasa aman bagi petani karena lebih menjanjikan akan tetapi peralihan pola tanam ini membuat petani di desa Kaluppini beradaptasi agar tetap bisa memenuhi kebutuhan para petani di desa Kaluppini ini. Ketika di Desa Kaluppini mengalami kesulitan air mereka mengalami gagal panen ataupun hasil produksi yang kurang maksimal sehingga mereka berfikir untuk mengubah komoditi yang akan mereka tanam karena jika mereka tetap bertahan untuk menanam padi mereka hanya akan mengalami kerugian.
“Suhardin (47 tahun), kami tidak pernah mengalami gagal panen total tetapi seringnya hasil panen tidak maksimal dan mengahasilkan keuntungan yang sangat sedikit, boleh dibilang menimbulkan kerugian karena hasil panen tidak sesuai dengan tenaga yang dikerahkan.”
Proses pengolahan lahan di Desa Kaluppini membutuhkan biaya kurang lebih sekitar 2.624.750 rupiah untuk menanam jagung yang digunakan untuk membeli benih dan pupuk jagung kuning. Rata-rata pemasukan petani Kaluppini yaitu 9.517.500 rupiah dan rata-rata pemasukan bersih 6.892.750 rupiah.Pupuk yang digunakan petani yaitu Urea, Phonska dan Za. Dalam lahan luas 1 Ha rata-rata pupuk yang digunakan phonska 5 sak, Urea 2 sak dan Za 5 sak. Harga pupuk Phonska Rp. 130.000/sak, harga Urea Rp.110.000/sak, dan harga Za Rp.100.000/sak.Selain pupuk pengeluaran petani di Desa Kaluppini adalah pestisida berupa racun rumput yang biasanya di gunakan sebanyak kurang lebih 15 liter di lahan seluas 1 Ha.Pajak lahan yang dibayar oleh petani di Desa Kaluppini sebesar Rp. 27.500/Ha dalam satu tahun.Biaya untuk tenaga kerja tidak diperlukan karena di Desa Kaluppini masih mengandalkan sistem gotong royong. Benih yang digunakan yaitu BISI 18 karena BISI 18 merupakan benih yang bagus dengan harga Rp. 63.000/kg yang biasanya digunakan 15kg/Ha.
Nilai penyusutan alat pertanian para petani di Desa Kaluppini pak Suhardin sebesar Rp. 246.000, total nilai penyusutan alat pak lasida sebesar Rp.122.000, total nilai penyusutan alat pak Muh. Yusuf Rp.190.000, total nilai penyusutan alat pak Salim sebesar Rp.266.000, total nilai penyusutan alat pak Ambo sebesar Rp.446.667, total nilai penyusutan alat pak Alimuddin sebesar Rp.402.500, total nilai penyusutan alat pak Udin sebesar Rp.266.00, dan total nilai penyusutan alat pak Armal sebesar Rp.363.333. rata-rata nilai penyusutan alat para petani di Desa Kaluppini berupa sprayer Rp.813.333, NPA parang Rp.502.667, NPA sabit yaitu Rp.316.500, dan NPA cangkul yaitu Rp.670.000. Petani di Desa Kaluppini ttidak memiliki sabit dan traktor karena mereka hanya membutuhkan sprayer, cangkul dan parang untuk mengelolah lahan mereka.
Para petani di Desa Kaluppini bergabung dalam Kelompok Tani akan tetapi kelompok tani ini bisa dikatakan tidak terlalu aktif karena kelompok tani tersebut jarang mengadakan pertemuan. Keuntungan petani di Desa Kaluppini mengikuti kelompok tani yaitu untuk mendapatkan bibit gratis dan dapat membeli pupuk dengan harga yang lebih murah.Akan tetapi bibit yang dibagikan oleh kelompok tani memiliki kualitas yang tidak bagus sehingga para petani di Desa Kaluppini lebih memilih membeli bibit sendiri dibanding menggunakan bibit pembagian dari kelompok tani.
Dalam pengolahan lahan jagung kuning alat yang dibutuhkan para petani hanya sprayer dan cangkul, tetapi ada juga petani yang hanya memiliki sprayer sehingga petani tersebut meminjam kepada petani lainnya.Para petani di Desa Kaluppini menggunakan pupuk NPK, pupuk Urea, dan pupuk Za.Penggunaan pestisida
hanya racun rumput yang digunakan sesuai jumlah pertumbuhan rumput pada
lahan jagung petani.
Pengolahan lahan jagung petani di Desa Kaluppini yaitu penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan.Petani tidak melakukan penjemuran karena setelah panen petani langsung menjual hasil panennya ke pedagang pengepul. Dalam proses penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja yaitu proses pemanenan. Pemanenan dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Desa Kaluppini secara bergiliran.

Pemanfaatan Relasi-Relasi Sosial Masyarakat Tani di Desa Kaluppini
Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Menurut Spredley dan McCurdy dalam Ramadhan, relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relative lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut sebagai pola relasi sosial. (Spredley dan McCurdy, 1957 dalam ramadhan, 2009 : 11). Dalam pola produksi dan pola konsumsi di Desa Kaluppini membentuk relasi sosial dalam masyarakat tani dataran tinggi.
Awalnya para petani di Desa Kaluppini membudidayakan sawah tetapi karena musim yang tidak menentu dan seringnya kemarau air, padi sudah mulai sulit ditanam sehingga hasil panen tidak maksimal.Kekurangan air sudah terjadi 5 tahun terakhir dan saat ini air sudah sangat sulit.Para petani di Desa Kaluppini sedikit demi sedikit sudah beralih. Awalnya masih sangat sedikit petani yang beralih karena mereka berfikir hasil panen panen masih lebih menguntungkan akan tetapi saat ini kekurangan air semakin parah bahkan air untuk digunakan keperluan sehari-hari juga sulit sehingga semakin lama banyak petani yang beralih. Saat ini sudah tidak ada petani yang menanam padi di Desa Kaluppini dan ini terjadi sudah 2 tahun terakhir karena sudah tidak memungkinkan untuk menanam padi akhirnya para petani menanam jagung putih tetapi jagung putih tidak dapat dijual sehingga hasil panen petani hanya dikonsumsi sendiri. Kemudian mereka mulai mengenal jagung kuning dari penyuluh yang datang sehingga mereka beralih lagi ke jagung kuning karena jagung kuning
bisa dijual lagi.
Saat ini para petani di Desa Kaluppini sudah menanam jagung kuning.Dalam penanaman jagung petani juga pernah diselingkan dengan tanaman kacang tetapi menurut mereka menanam kacang tidak menguntungkan karena hasil panennya tidak produktif sehingga mereka tidak lagi menyelingi tanaman petani dengan tanaman kacang.Sampai saat ini petani masih menanam jagung kuning karena sampai saat ini tanaman inilah yang menguntungkan bagi para petani di Desa Kaluppini.
Semua petani di Desa Kaluppini masuk sebagai anggota kelompok tani akan tetapi kelompok tani yang ada di Desa Kaluppini kurang aktif karena jarang mengadakan pertemuan antar petani. Penyuluhan juga jarang diadakan, hanya diadakan ketika para petani meminta kehadiran penyuluh.Pengaruh kelompok tani terhadap lahan petani di Desa Kaluppini bisa dikatakan tidak terlalu berpengaruh karena kurang aktifnya mengadakan pertemuan dan sosialisasi.
Pupuk dan pestisida dapat diperoleh dari kelompok tani yang didapatkan dengan harga yang lebih murah.Selain pupuk dan pestisida adapula pembagian benih gratis oleh kelompok tani.Akan tetapi kualitas benih yang diberikan tidak terlalu bagus sehingga para petani di Desa Kaluppini membeli sendiri bibit untuk lahan mereka.Benih yang bagus untuk digunakan yaitu BISI 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi petani dengan buruh tani terbagi tiga bentuk yaitu relasi sosial petani dan buruh tani bebas terjalin relasi pertemanan dan relasi kerja, relasi petani dengan buruh tani langganan terjadi kekerabatan, dan relasi petani dengan buruh tani tetap terjalin relasi patronase, dimana relasi ini terjadi lebih intens dan mengarah pada hubungan yang saling terkait satu sama lainnya dan relatif sulit dipisahkan karena relasi ini didasari oleh relasi yang saling membutuhkan dan menguntungkan. Dalam relasi petani dengan buruh tani tetap terikat dengan adat istiadat (keseganan), dengan hutang pinjaman, bantuan-bantuan, dan lainnya.Buruh tani tetap berkewajiban memberikan jasanya baik dalam pekerjaan maupun diluar pekerjaan pada saat kapanpun juga.Membalas budi merupakan salah satu moral dan relasi patronase yang terjalin antarmereka.Pertukaran-pertukaran yang terjalin dalam relasi petani dan buruh tani di Desa Kaluppini tidak hanya pertukaran ekonomi dalam pekerjaan tetapi juga terjalin pertukaran sosial.Alasan petani menggunakan jasa buruh tani langganan karena petani ingin membantu kedekatan emosional saling menguntungkan satu dengan yang lainnya dan menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial sehingga mudah dalam pelaksanaan pekerjaan dan penetapan biaya atau upah buruh tani.

Perubahan hubungan masyarakat akibat peralihan mata pencaharian
• Gotong-royong antar petani
Gotong-royong merupakan kebiasaan yang telah dianut masyarakat secara turun temurun. Di Desa Kaluppini meskipun telah mengalami perubahan mata pencaharian tetapi mereka tetap menerapkan sistem gotong-royong dalam proses bercocok tanam. Bahkan kerja sama yang terjalin antar mereka semakin erat dikarenakan proses perubahan mata pencaharian membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk saling bertukar pengetahuan. Semangat gotong-royong sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat mengingat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan

yang tidak bisa hidup tanpa berdampingan dengan manusia lain, masyarakat
pedesaan identik dengan sifat gotong-royong yang kuat termasuk di lingkungan
masyarakat Desa Kaluppini.
• Hubungan petani dan pedagang pengepul
Dengan adanya peralihan mata pencaharian di Desa Kaluppini ini dari padi menjadi jagung maka yang dulunya berhubungan dengan pedagang pengepul padi sekarang berubah ke pedagang pengepul jagung. Ini menyebabkan para petani memanfaatkan kelompok tani atau di lingkungan untuk mendapatkan relasi untuk medapatkan bibit, mendapatkan informasi cara untuk perawatan jagung, memanen, dan memasarkan hasil panennya.
• Hubungan antar petani di Desa Kaluppini
Dengan adanya peralihan mata pencaharian di Desa Kaluppini membuat interaksi antar petani dan kelompok tani lebih intens karena ingin mendapatkan informasi dan pengetahuan baru tentang tanam jagung.Keberhasilan usaha tani sangat tergantung kepada kompetensi petani sebagai pengelola utama. Kompetensi petani tidak sama satu dengan lainnya, hal ini sangat tergantung kepada karakteristik yang mereka miliki. Ada banyak faktor terkait yang berkenaan dengan karakteristik petani lahan sempit yang memungkinkan mereka lebih maju dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produknya.Faktor tersebut seperti tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman usaha, interaksi dengan penyuluh, pemanfaatan media komunikasi dan luas lahan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
1. Adaptasi petani di Desa Kalippini terjadi pada pola produksi, petani beralih dari usahatani padi ke usahatani jagung untuk meningkatkan pendapatan, dengan mengusahakan komoditas jagung memungkinkan petani berproduksi 2 kali setahun dibandingkan padi yang hanya sekali setahun karena dipengaruhi oleh ketersediaan air. Petani juga memilih jenis jagung kuning karena nilai ekonomisnya lebih tinggi dibandingkan jagung putih.
2. Melalui relasi sosial eksternal petani memperoleh input produksi yang dan pemasaran hasil produksinya, sedangkan relasi internal hubungan tenaga kerja antara petani dan buruh tani yang saling menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Sulawesi Selatan.2014. Statistik Daerah Provinsi Sulawesi Selatan 2014.Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.
David, F. R. 2006. Manajemen Strategis. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: Penerbit Salemba Empat.
Oktaviani, Sahara. 2004. Penyusunan Model Recursive Dynamic General Equilibrium. Kerjasama Bank Mandiri dengan Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Patiwiri A.W. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sabir, Nirmala. 2018. Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Keliling (Studi Kasus Usaha Penggilingan Padi Keliling di Desa Tumale Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu). Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Keywords : Strategi adaptasi; relasi sosial; masyarakat tani

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions (Program Studi): Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: S.Sos Rasman -
Date Deposited: 28 Jun 2022 01:48
Last Modified: 28 Jun 2022 01:48
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/17183

Actions (login required)

View Item
View Item