MODEL SMARTHOME BERBASIS MANAJEMEN ENERGI

Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancang bangun sistem smarthome yang sesuai dengan kebutuhan penghuni yang mudah dioperasikan, dengan mengintegrasikan sistem pengamanan, kenyamanan dan manajemen energi ke dalam sistem smarthome serta membuat analisis sistem ergonomik terhadap pengaruh kenyamanan termal ruangan terhadap kemampuan psikomotorik, respon subjective, dan respon fisiologis manusia (uji laboratorium), penelitian ini juga diintegrasikan dengan sistem manajemen energi yang dilakukan dengan pemanfaatan solar cell sebagai sumber energi terbarukan untuk menjaga kestabilan tegangan agar tetap andal, hemat energi dan mencari model antara kenyamanan manusia dalam penggunaan air conditioner (AC). Sistem smarthome menggunakan berbagai peralatan didalamnya, seperti kontrol terhadap lampu, gas LPG, penyiraman tanaman, tempat wudhu dan beberapa peralatan lainnya, yang dilengkapi dengan pengotrolan dan pemantauan jarak jauh, serta diintegrasikan dalam suatu model yang diberi nama Smarhome Electricity Humanity (e-HUM). Modul smarthome menggunakan alat komunikasi berupa: media telepon (DTMF), bluetooth, dan sms sebagai input/output. Smarthome juga menggunakan Sensor peringatan bahaya seperti sensor kebocoran gas LPG, sensor asap, dan sensor getaran. Sensor peringatan bahaya terhubung dengan modul DFplayer sebagai pemutar file Mp3 yang berfungsi sebagai alarm. Sistem smarthome menggunakan komunikasi serial ke mikrokontroller sebagai pusat pengendali, dan hasil penelitian diperoleh bahwa sistem smarthome dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan, selain itu sistem manajemen energi dengan kapasitas baterai sebesar 3744 Wh, yang terpakai sebesar 3240 Wh, memberikan penghematan listrik yang signifikan dari pengaturan energi (beban) yang terjadwal sebesar 14%, sehingga sistem smarthome bekerja dengan baik. Hasil Pengukuran hubungan antara kenyamanan manusia dengan smarthome, diperoleh tingkat kenyamanan responden remaja pada suhu`24˚C ruangan mempengaruhi respon subjective termal dan responden dewasa pada suhu 24°C mempengaruhi fisiologis manusia. Sedangkan kemampuan psikomotorik tidak mempengaruhi tingkat kenyamanan dengan kondisi ruangan 18˚C, 24˚C dan tanpa AC.