Arif, Arif (2020) STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI ENDAPAN TIPE URAT DAERAH CINDAKKO KABUPATEN MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN: IMPLIKASINYA TERHADAP GENETIK DAN EKSPLORASI. Thesis thesis, Universitas Hasanuddin.
D062182001_tesis_22-09-2020_Cover1.jpg
Download (4kB) | Preview
D062182001_tesis_22-09-2020_1-2(FILEminimizer).pdf
Download (484kB)
D062182001_tesis_22-09-2020_Daftar Pustaka dan lamp.(FILEminimizer).pdf
Download (2MB)
D062182001_tesis_22-09-2020(FILEminimizer) ...................... ok.pdf
Download (5MB)
Abstract (Abstrak)
Penelitian ini bertujuan menentukan tipe endapan serta genetik endapan tipe urat di Daerah Cindakko Desa Bontosomba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dilakukan secara random dengan sampel yang dianggap sebagai representasi di daerah penelitian. Keseluruhan sampel batuan dianalisis menggunakan analisis petrologi, geokimia dan inklusi fluida. Daerah penelitian merupakan prospek mineralisasi logam dasar (Pb), terletak dibagian selatan Pulau Sulawesi, Indonesia. Prospek ini berada pada lengan selatan busur plutonik-vulkanik Sulawesi barat yang berumur Tersier serta berafininitas shoshonitik yang direfleksikan oleh kandungan SiO2 dan k2O sebesar 46,52 wt.% dan 6,21 wt.%. Prospek ini berkembang pada Formasi Vulkanik Cindakko yang berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal (8.21-0.41 Ma). Mineralisasi (urat dan sulfida tersebar) di prospek Cindakko umumnya diwadahi oleh batuan-batuan anggota satuan lava basaltikandesitik (basal). Adanya struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian yang berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya yang mengontrol proses alih tempat dan deposisi urat-urat logam dasar yang signifikan, serta adanya retas yang memotong batuan di daerah penelitian yang memungkinkan terjadinya injeksi fluida hidrotermal yan terbentuk kemudian. Sehingga, urat-urat dan mineralisasi sulfida tersebar dikontrol oleh retas yang terbentuk sebelumnya dan dikontrol oleh porositas permeabel dari host rock. Berdasarkan studi geokima batuan, diketahui bahwa batuan vulkanik di daerah penelitian berkomposisi basaltik, berafinitas shoshonitik (tak-jenuh silika). Perilaku geokimia unsur-unsur mayor dan jejak, terutama pengayaan unsur LILE (Cs, Rb dan Sr) umumnya konsisten dengan karakteristik batuan potasik (kaya-K) pasca-kaldera mirip dengan daerah vulkanik Roman comagmatic province (central Italy). Hasil interpretasi tatanan vulkanikplutonik dan evolusi magma berdasarkan evaluasi unsur-unsur mayor dan jejak, mengindikasikan bahwa vulkanisme di daerah penelitian tergenerasi pada lingkungan within-plate, pada rezim ektensional yang tidak berhubungan langsung dengan peristiwa subduksi. Batuan vulkanik (kaya-K) awalnya terbentuk dari peleburan mantel bagian atas yang sebelumnya telah mengalami metasomatisme. Kemudian mengalami pengkayaan oleh xvii potasium dan unsur-unsur inkompatibel melalui proses metasomatisme, yakni melalui konstribusi material sedimen-sedimen yang tersubduksi selama berlangsungnya subduksi miring ke barat antara lengan barat dan timur Sulawesi pada Miosen Awal. Zona alterasi hidrotermal yang terzonasi atau terdistribusi di bagian tepi sistem hidrotermal dan tersebar luas di daerah peneltian, yaitu: Kuarsa, klorit dan epidot yang merupakan zona alterasi propilitik yang berhubungan spasial-genetik dengan mineralisasi urat. Zona alterasi argilik lanjut terdistribusi dari tepi mineralisasi urat yang terdiri dari alunit, kaolinit, piropilit dan diaspor. Secara spasial alterasi argilik lanjut tidak mendominasi atau sebagian saja dari tepi mineralisasi urat. Zona alterasi propilitik dan argilik lanjut diestimasikan terbentuk pada kisaran temperatur sekitar 200-330°C dengan pH fluida hidrotermal asam sampai netral. Tiga urat yang di jumpai di daerah penelitian telah dievaluasi pada studi ini, yang masing-masing dinamakan urat ST-6, urat ST-7 dan urat ST-9. Ke-tiga urat terdistribusi secara rapat di daerah penelitian. Secara umum urat tersebut berorientasi barat-timur (tegak lurus terhadap retas berorientasi utara-selatan). Secara keseluruhan urat-urat tersebut memperlihatkan tektur khas urat epitermal: crustiform, cockade dan vuggy kuarsa. Ciri umum lainnya di jumpai mineral-mineral sulfida, yakni: pirit, kalkopirit, sfalerit, galena, bornit, tenantit, tetrahidrit, arsenopirit dan kovelit. Berdasarkan evaluasi karakteristik tekstur urat tersebut, diinterpretasikan bahwa secara umum urat-urat epitermal di daerah penelitian terbentuk dari fluida yang didominasi oleh cairan (liquid) dan fluktuatif di bawah zona pendidikan (boiling level), pada kedalaman minimum 350 m dibawah permukaan. Studi inklusi fluida pada urat kuarsa menunjukkan bahwa urat kuarsa terbentuk pada temperatur 329-332 °C yang ekivalen dengan kedalaman 1664,3 meter di bawah muka air purba dan dengan tekanan hidrostatik 127,1 bar dari fluida bersalinitas 0,2-0,5 wt.%NaCl ekivalen. Berdasarkan evaluasi himpunan mineral sulfida, tekstur urat dan hasil studi mikrotermometri iklusi fluida, dapat disimpulkan bahwa urat kuarsa di daerah penelitian terbentuk pada lingkungan epitermal. Urat-urat tersebut terbentuk dari fluida yang merupakan hasil pencampuran (mixing) antara fluida magmatik dengan air meteorik. Berdasarkan trend inklusi fluida pada diagram Th vs salinitas disimpulkan bahwa secara umum urat-urat epitermal di daerah penelitian tidak terbentuk dari mekanisme pendidihan (boiling), dimana kesimpulan ini konsisten dengan hasil evaluasi karakteristik tekstur urat yang mengindikasikan pembentukan di bawah level pendidihan (boiling level).
Kata Kunci: Cindakko, alterasi, mineralisasi, inklusi fluida, epiterma
Item Type: | Thesis (Thesis) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Cindakko, alterasi, mineralisasi, inklusi fluida, epiterma |
Subjects: | T Technology > TN Mining engineering. Metallurgy |
Depositing User: | sangiasseri abubakar |
Date Deposited: | 16 Dec 2020 00:39 |
Last Modified: | 06 Nov 2024 07:48 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/1254 |