Luaran Klinis Pasien ST Elevasi Miokard Infark dengan dan tanpa Reperfusi di Makassar


Tihardimanto K., Dr. Andi (2020) Luaran Klinis Pasien ST Elevasi Miokard Infark dengan dan tanpa Reperfusi di Makassar. Thesis thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of Cover]
Preview
Image (Cover)
C116215101_tesis(FILEminimizer)_Hal_Judul.jpg

Download (333kB) | Preview
[thumbnail of Bab 1-2] Text (Bab 1-2)
C116215101_tesis(FILEminimizer)_1-2.pdf

Download (1MB)
[thumbnail of Dapus] Text (Dapus)
C116215101_tesis(FILEminimizer)_Daftar Pustaka Dan Lamp..pdf

Download (397kB)
[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
C116215101_tesis(FILEminimizer).pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract (Abstrak)

Pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalis faktorfaktor
yang mempengaruhi luaran klinis pasien dengan ST Elevasi Miokardi Infark (STEMI) dari Makassar One ACS registry saat di rumah sakit, 30 hari, dan 6 bulan.
Metode Penelitian ini adalah penelitian studi observasional yang dikembangkan dengan desain penelitian kohort retrospektif dari Juli 2018 sampai Juni 2019, di Pusat jantung Terpadu Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 365 pasien.
Hasil Dari 365 pasien dengan STEMI, 43,6% menerima terapi reperfusi sementara hanya 28,5% yang diobati dengan intervensi koroner perkutan primer (IKP primer) dan 20,7% dengan terapi fibrinolitik. Kematian dalam 6 bulan secara signifikan lebih tinggi pada pasien yang tidak menerima terapi reperfusi dibandingkan dengan pasien yang diterapi dengan reperfusi, baik dengan IKP primer atau fibrinolisis (p 0,030). Insiden MACCE dalam 30 hari dan 6 bulan masing-masing adalah 23,1% dan 33,2%. Beberapa faktor yang mempengaruhi MACCE pada pasien STEMI adalah terapi reperfusi (HR 1.37, CI 95%: 1.02-1.84, p 0.036), usia ≥60 tahun (HR 1.45, CI 95%: 1.03-2.03, p 0.032), kelas Killip ≥ 2 (HR 2.06, 95% CI: 1.42-2.99, p <0.001), infark anterior (HR 1.47, 95% CI: 1.05-2.06, p 0.024), penurunan fungsi ginjal (HR1.57, 95% CI: 1.09- 2.25, p 0.015), tidak patuh berobat (HR 1.70, 95% CI: 1.23-2.35, p 0.001), dan lama rawat di rumah sakit ≥8 hari (HR 1.48, 95% CI: 1.07-2.05, p 0.018)
Kesimpulan Angka kejadian MACCE pada pasien STEMI yang tidak direperfusi lebih tinggi dibandingkan dengan terapi reperfusi dan berebeda secara signifikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian MACCE pada pasien STEMI diantaranya adalah terapi reperfusi, usia lanjut, kelas Killip, infark bagian anterior, penurunan fungis ginjal, tidak patuh berobat, dan lama rawat di rumah sakit.
Kata kunci: major adverse cardiovascular events, STEMI, terapi reperfusi, intervensi koroner perkutaneus, fibrinolitik

Item Type: Thesis (Thesis)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
Depositing User: S.Sos Rasman -
Date Deposited: 15 Dec 2020 05:48
Last Modified: 15 Dec 2020 05:48
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/1248

Actions (login required)

View Item
View Item